Saat itu saya sedang menanti kereta Kutojaya di Stasiun Manggarai. Pulang kampung. Seorang diri ^^.
Seorang anak kecil kumal menghampiri saya, kutaksir umurnya baru sekitar 5 tahun. Berpakaian warna kuning usang, celana jins yang tak kalah kumal dan wajah kotor belepotan debu mungkin campur keringat dan ingus. Namun kuakui wajahnya cukup menggemaskan dibandingkan anak-anak jalanan lain yang biasanya bertampang nakal dari ‘sono’nya dan memasang wajah sok imut sok memelaskan waktu meminta-minta (subjektif saya aja ini,lho).
Ia menengadahkan tangan dan saya hanya tersenyum mengisyaratkan penolakan, saya lagi bner2 nggak punya uang lebih waktu itu. Ditambah kehati2anku buka2 dompet di stasiun Manggarai yang cukup ramai kala itu.
Anak itu belum pergi juga, ia lantas melirik tas hitamku yang diatasnya tergeletak 2 buah novel yang niatnya akan kubaca sambil menunggu kereta.
“ Bukunya boleh minta?”, katanya tiba-tiba, dengan gaya merajuk, dengan cara bicara cadel.
“ Eh? Buat apa?”, saya sedikit kaget.
“ Buat sekolah...”
“ Tapi ini bukunya udah ada tulisannya,De. Bukan buku tulis”
“ Tapi mau...”
“ Lho, emang kamu udah bisa baca?”. Ia menggeleng.
“ Makanya...bukunya buat sekolah...pengen sekolah..”.
Saya tersenyum, getir. Sedikit jengah juga sama pandangan orang2 di dekatku. Dikiranya ntar saya ngapa-ngapain anak ini. Tapi masa kukasihin bukunya ke dia? Selain sayang karena belum juga kubaca (astaghfirullah..egois ya..bukunya sih lumayan murah, cz kubeli waktu diskon besar2n….) saya juga ragu anak itu bakal mempergunakan buku ini dengan baik. Ujung2nya kalo dia ngga bisa ngebacanya, jangan2 malah dibuang...
“ Kalo nasi, mau ga?”, saya dapat ide.
Dengan sedikit kecewa ia mengangguk. Kuberi ia nasi dan lauknya serta kue-kue, hampir separuh lebih bekal perjalananku. Tak apalah, ikhlas. Alhamdulillah perut ini sudah cukup terisi sarapan dan makan siang lezat buatan bude dan mba-ku. Insyaallah kuat sampai tujuan. Kalaupun nanti lapar di tengah malam, masih ada cukup uang untuk beli makanan. Lalu ia pergi, sedikit berlari. Menghampiri seorang ibu2 kurus yang sedang menggendong balita. Kemungkinan besar itu ibunya.
Ini hanya satu elegi kecil dari jutaan cerita tentang anak jalanan. Hha, entah tepat atau tidak sebutan yang saya berikan padanya karena nyatanya ia meminta2 di stasiun, bukan di jalanan. Ironi bahwa anak sekecil itu sudah ingin sekolah. Mungkin sebagian besar dari kita akan menganggap itu cuma akal-akalan aja, biar dikasih duit. Mungkin. Tapi saya tidak. Mungkin iya anak tersebut dilatih cara2 bagaimana supaya orang kasihan padanya. Namun pasti di lubuk hatinya, anak tersebut juga pasti ingin sekolah, ingin mengecap ilmu, atau setidaknya ‘pikiran anak2’nya berpikir pasti bakalan punya banyak temen kalo pergi ke sekolah,..
Setidaknya, saya ingin terus mempercayainya.