Rabu, 06 Oktober 2010

Episode Patah Hati

Aku belum pernah patah hati. Bagaimana bisa patah hati? Pacaran saja aku belum pernah.
menurutku, hanya orang bodoh yang mau pacaran. Terus sakit hati. Mencari masalah sendiri...
Lihatlah mereka yang patah hati. Lupa akan dirinya sendiri. Mereka terlihat begitu menderita. Karena cinta? iiihh..
Kemarin sahabatku baru putus dari pacarnya, patah hati ia mengadu. Meraung-raung, histeris. Dimaki-makinya sang mantan pacar yang meninggalkan dia untuk perempuan lain. Air matanya sampai kering. Matanya bengkak.Wajahnya merah. Jelek. Ingin rasanya kubawa cermin, biar dia tahu betapa jelek wajahnya ketika sedang menangis seperti itu.
Sudah lebih dari sejam dia menangis dihadapanku. Aku tak tahan. Lalu kukatakan kepadanya.
" Kalau kamu nggak mau patah hati, ya jangan pacaran, dong!"
Sahabatku marah. Katanya aku tak setia kawan. Tidak berperasaan. Lalu dia meninggalkanku dengan wajah cemberut. Tak diajak bicaranya aku sampai hari ini.
Sebelumnya kakakku yang patah hati. Dia tidak menangis meraung-raung dihadapanku. Mungkin dihadapan sahabatnya. Tapi tingkahnya menyebalkan. Mengurung diri di kamar, tak mau makan, tak mau bicara. Seisi rumah dibuatnya bingung. Mungkin baginya patah hati adalah bencana besar yang harus dirasakan oleh setiap orang disekitarnya.
Ketika dia keluar kamar, yang dilakukannya pun hanya marah dan marah. Ini salah. Itu salah. Aku pun kena getahnya. Tak tahan, akhirnya aku berteriak juga.
" Kalau kakak nggak mau sakit hati, ya jangan pacaran dong! Bikin susah orang lain aja!"
Dan sebuah sandal melayang, mendarat tepat di kepalaku. Aku menggerutu, kesal. Makin bulat pendapatku, jangan pernah patah hati. Patah hati membuat orang sakit gila dan membahayakn orang-orang disekitarnya. Karena itu, hindari patah hati.
Daripada pusing memikirkan orang-orang yang patah hati, hari ini aku berjalan-jalan sendirian di mall, menuju toko buku favoritku. Gara-gara sahabatku masih marah, aku terpaksa kesana-kesini tanpa teman.
Lalu kulihat sosok yang sangat kukenal, berjalan tak jauh didepanku.
Ayah? Di mall? Jam kerja ? Lagi apa ya?
Eh...Ayah bersama seseorang. siapa ya? seorang wanita? Oh, rupanya itu sekretaris ayah di kantor. Mungkin mau beli keperluan kantor.
Terus, kenapa harus berdua?
Kuikuti mereka. mereka berdua masuk ke salah satu counter pakaian bermerek. Kakak pernah meminta ayah membelikan baju disana, dan ayah hanya mengomel. Kata ayah, kakak harus belajar berhemat. Lalu kenapa ayah sendiri masuk kesana?
Mereka keluar denganmembawa jinjingan bertuliskan merek tadi. Dua jinjingan tepatnya.
Perasaanku tak karuan. Hmm..mungkin ayah meminta tolong sekretaris-nya membeli hadiah untuk ibu? Oh iya, ibu kan ulang tahun sebentar lagi. Pasti tiu sebabnya. Aku tersenyum.
Tapi langkahku tetap tak berhenti mengikuti mereka. Kali ini menuju salah satu restoran mahal. Terpaksa kutunggu di luar.
Setelah sekian lama, mereka keluar dengan tertawa bahagia. Eh, kenapa mereka bergandengan seperti itu? ayah terlihat berbeda. Begitu bersemangat. ayah mengacak-acak rambut perempuan itu dan...si perempuan ittu mencium pipi ayah!
Astaga! Ayah pun membalasnya!
Langkahku terhenti...
Ayah...
Aku menangis dan terus menangis. Aku meraung. Kurasakan kehilangan yang sangat.
Aku marah. Aku ingin mengutuk dunia!
Aduh...kenapa aku jadi seperti sahabatku? Kenapa aku jadi seperti kakakku?
Rasanya hatiku patah...Bukan,bukan sekedar patah.
Hatiku hancur berkeping-keping...







---^^ ini diambil dari buku kumpulan cerpen yang kallo ga salah judulnya: "Biarkan Aku Mencintaimu Dalam Diam"---

3 komentar:

  1. mba udah baca serius bgt, eeeeh ga taunya cerpen...Zzzzzztttt -__-"
    tapi bagus kok...meaningfull...hoohoo
    mba juga belum pernah patah hati...haha
    Hati mba masih utuh, sehat, dan tidak patah. wkwkwk

    BalasHapus
  2. awale tak kira temenan! pinter banget bahasane mengalum sempurna.
    tapi berlanjut kubaca.....walaaaaahhhh!
    kok mulai gak memungkinkan itu kisah nyatamu. dan saat memasuki cerita ayah.....jelas bukan ceritamu!
    semangat....rajin-rajinlah menyadur cerita. jangan lupa ditulis nama pengarangnya juga.

    BalasHapus
  3. ahaha,maaf ya mba-mba..saya bikin keder jadinya..
    hhe,
    iya nih,kalo yg kalimat2 awal emang saya banget (belum patah hati,trus sebel sama kelakuan saudara,yg disini bukan kaka,tapi adik,yg ga jelas kalo lagi patah hati,hha)

    maaf saya lupa nyantumin pengarangnya,abis saya juga lupa saya bacanya di buku apa,ini juga banyak editan jadinya =P

    jangan bosan baca tulisan saya ya,mba-mba..
    ^^

    BalasHapus